Kamis, 02 November 2017

Demokrasi Pendidikan Islam di INDONESIA



Keadaan Demokrasi dan Politik Pendidkan Islam di Indonesia
Disusun oleh Rois Danur Anggoro*
Demokrasi merupakan hal yang sangat penting dalam sejarah pemikiran manusia. Sistem ini digadang-gadang sangat baik untuk sistem organisasi politik dan sosial. Demokrasi juga sistem yang paling jitu untuk tatanan kepemimpinan sebuah negara. Abad ke-20 sudah banyak negara-negara non Barat yang mengambil paham ini sebagai sistem negaranya, salah satunya Negara Indonesia yang mengadopsi pemahaman ini menjadi pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Demokrasi dipercaya sebagai gagasan universal yang dapat diterima oleh beragam perspektif, paham ini menghantui setiap tindakan dalam berbagai bentuk aspek, baik sosial, politik, ekonomi, bahkan berimbas kepada aspek pendidikan. Demokrasi merupakan paham yang diyakini pula dapat membebaskan sebuah negara dari penjajahan, salah satunya penjajahan dalam dunia pendidikan yang selama ini dirasa masih jauh tertinggal dari negara-negara lain.
Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara, yang saat itu menjadi Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia melalui usulan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia dibuatlah sebuah gagasan kurikulum yang disebut SR 1947 yang terdiri dari 15 mata pelajaran. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bernegara dan bermasyarakat, meningkatkan pendidikan jasmani, dan pendidikan watak.
Kita lihat bahwa sebelum tahun 70-an, pemerintah dalam usahanya telah banyak melakukan tindakan-tindakan dalam memajukan pendidikan bangsa. Tahun 1950 Indonesia dalam draf undang-undang mewajibkan para penduduknya untuk mengeyam pendidikan minimal 6 tahun dalam hidupnya sebagai landasan dasar dalam bertingkah dan bersikap. Pendidikan semakin dijadikan prioritas ketika Indonesia di pimpin oleh Suharto, karena hampir 40.000 sekolah dasar di dirikan pada akhir tahun 1980-an.
            Dalam Islam disebutkan bahwa manusia lahir ke muka bumi telah membawa fitrah yang menjadikannya cenderung memiliki keingingan untuk dihargai, bebas tanpa intervensi, berpendapat tanpa batasan, dan memperoleh pendidikan untuk meraih kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Hal tersebut direalisasikan dalam wujud demokrasi pendidikan di Indonesia, terkhusus dalam dunia pendidikan Islam yang di naungi oleh Kementerian Agama.
            Pelaksaan tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada unsur politik pendidikan Islam yang mendukungnya, terdapat 5 unsur yang mendukungnya. Pertama, politik pendidikan mengandung kebijakan pemerintahan negara yang berkenaan dengan pendidikan. Kedua, politik pendidikan bukan sekedar peraturan tersurat, melainkan juga peraturan tersirat. Ketiga, politik pendidikan ditujukan untuk menyukseskan penyelenggaraan pendidikan. Keempat, politik pendidikan merupakan sebuah sistem penyelenggaraan pendidikan suatu negara. Kelima, Unsur politik sangatlah penting terhadap terselenggaranya pendidikan, dan sebaliknya pendidikan juga sedemikian penting bagi terciptanya sebuah perpolitikan negara yang baik.
            Permasalahan yang kerap ditemukan di Indonesia adalah ketika memasuki musim-musim pemilu, para politikus dalam waktu kampanye kerap kali menjadikan instansi-instansi pendidikan sebagai lahan untuk memperoleh suara. Terkadang hal semacam ini hanya memperlambat jalannya kemajuan pendidikan sebuah negara, karena hal yang lebih menonjol hanyalah kepentingan pribadi politikus diatas kepentingan bersama.
            Maju tidaknya sebuah lembaga pendidikan Islam di Indonesia dipengaruhi besar oleh pemerintahan negara yang sedang berkuasa, jika tatanan pemerintahan dihuni oleh sebagaian besar parpol yang berlatarbelakang Islam, tentu dalam pelaksanan pendidikan islam pemerintah akan memeberikan sokongan dana yang lumayan besar, sebaliknya jika tatanan pemerintahan dihuni oleh sebagian besar parpol yang berlatarbelakang non Islam maka dalam pemberian dana cenderung lebih sedikit dan lamban untuk pelaksanaan pendidikan Islam.
            Contoh sederhana yang bisa dianalisa, ketika pengadaan lomba setingkat nasional, yaitu Lomba Musabaqah Tilawatil Quran tahun 2016 di Mataram, Lombok. Pemerintah dalam mendanai terselenggaranya perlombaan tersebut cenderung pilih kasih, karena jumlah yang diberikan terbilang lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Bahkan jika dibandingkan dengan penyelenggaraan lomba akademik maupun non akademik (pendidikan umum) tingkat nasional, pendanaan lomba ini terbilang jauh lebih banyak daripada penyelenggaraan lomba pendidikan Islam.
Yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah fenomena tersebut sudah memenuhi unsur demokrasi dalam pendidikan Indonesia? Apakah politik pendidikan Indonesia sudah berjalan sebagaimana mestinya?. Bagaimana pendidikan Indonesia maju jikalau para pembuat kebijakan dan penyelenggara pendidikan belum apik dalam pelaksanaan. Hal demikian menjadi perhatian khusus sekaligus pekerjaan bangsa yang begitu besar demi mewujudkan kemajuanan pendidikan Indonesia di masa depan. Wabil khusus pendidikan Islam.
Untuk menyikapi fenomena pendidikan di Indonesia, mari sejak dini kita tanamkan tentang pentingnya nilai-nilai demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama sesuatu yang berkaitan dengan dua hal yang sukar untuk dipisahkan, yaitu dunia pendidikan dan dunia perpolitikan. Ketika nilai- nilai demokrasi telah tertanam dengan baik, maka hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dapat diperhatikan dengan bijak oleh politik pendidikan yang berperan aktif sebagai sistem dalam menyelenggarakan pendidikan sebuah negara yang ditujukan untuk menyukseskan proses pendidikan.
Oleh karenanya diharapkan pemerintah Indonesia lebih bijak dan bersikap adil di dalam menaungi seluruh jenis pendidikan yang berada di Indonesia dengan lebih mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pejabat, kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, dan untuk memperbaiki proses pendidkan yang telah hidup kembang di Indonesia, maka pemerintah dituntut keras untuk selalu mengadakan evaluasi-evaluasi pendidkan.

Surat-surat dan Doa yang dibaca ketika 40 hari kehamilan bunda



SURAT YUSUF
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

الٓرۚ تِلۡكَ ءَايَٰتُ ٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡمُبِينِ ١ 
Alif-Lam-Ra Tilka Ayatu Al-Kitabi Al-Mubini.
1. Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah)
 إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ قُرۡءَٰنًا عَرَبِيّٗا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ٢ 
Inna Anzalnahu Qur’anaan Arobiyyaan La’allakum Ta’qilun.
2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya
نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ أَحۡسَنَ ٱلۡقَصَصِ بِمَآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ وَإِن كُنتَ مِن قَبۡلِهِۦ لَمِنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ٣ 
Nahnu Naqussu ‘Alaika ‘Ahsana Al-Qosasi Bima ‘Awhaina ‘Ilaika Hadza Al-Qur’ana Wa ‘In Kunta Min Qoblihi Lamina Al-Ghafilin.
3. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui
إِذۡ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي رَأَيۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَيۡتُهُمۡ لِي سَٰجِدِينَ ٤ 
Idh Qola Yusufu Li’Abihi Ya Abati ‘Inni Ra’aitu ‘Ahada ‘Ashara Kawkaban Wa Ash-Syamsa Wa Al-Qomaro Ra’aituhum Lii Saajidini.
4. (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku"
قَالَ يَٰبُنَيَّ لَا تَقۡصُصۡ رُءۡيَاكَ عَلَىٰٓ إِخۡوَتِكَ فَيَكِيدُواْ لَكَ كَيۡدًاۖ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لِلۡإِنسَٰنِ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٥ 
Qola Ya Bunayya Laa Taqsus Ru’yaaka ‘Ala ‘Ikhwatika Fayakidu Laka Kaydaan, Inna Asy-syaitona Lil’insani ‘Aduwwun Mubinun.
5. Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia"
وَكَذَٰلِكَ يَجۡتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأۡوِيلِ ٱلۡأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكَ وَعَلَىٰٓ ءَالِ يَعۡقُوبَ كَمَآ أَتَمَّهَا عَلَىٰٓ أَبَوَيۡكَ مِن قَبۡلُ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡحَٰقَۚ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٞ ٦ 
Wa Kadhalika Yajtabiika Robbuka Wa Yu’allimuka Min Ta’wiili Al-‘Ahadisi Wa Yutimmu Ni’matahu ‘Alaika Wa ‘Alaa ‘Ali Ya’kuuba Kama ‘Atammaha ‘Ala ‘Abawaika Min Qoblu Ibrohiima Wa ‘Ishaqa ‘Inna Robbaka ‘Alimun Hakimun.
6. Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta´bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya´qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
لَّقَدۡ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخۡوَتِهِۦٓ ءَايَٰتٞ لِّلسَّآئِلِينَ ٧ 
La Qod Kana Fi Yusufa Wa ‘Ikhwatihi ‘Ayaatun Lis-Sa’iliina.
7. Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya
إِذۡ قَالُواْ لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَىٰٓ أَبِينَا مِنَّا وَنَحۡنُ عُصۡبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ ٨ 
Idz Qolu Layusufu Wa ‘Akhuhu Ahabbu ‘Ilaa ‘Abina Minna Wa Nahnu ‘Usbatun Inna ‘Abaana Lafi Dolaalin Mubiinin.
8. (Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata
ٱقۡتُلُواْ يُوسُفَ أَوِ ٱطۡرَحُوهُ أَرۡضٗا يَخۡلُ لَكُمۡ وَجۡهُ أَبِيكُمۡ وَتَكُونُواْ مِنۢ بَعۡدِهِۦ قَوۡمٗا صَٰلِحِينَ ٩ 
Uqtulu Yusufa Awi Atrahuhu Ardon Yakhlu Lakum Wajhu ‘Abiikum Wa Tkuunu Min Ba’dihi Qawman Sholihina.
9. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia kesuatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik"
قَالَ قَآئِلٞ مِّنۡهُمۡ لَا تَقۡتُلُواْ يُوسُفَ وَأَلۡقُوهُ فِي غَيَٰبَتِ ٱلۡجُبِّ يَلۡتَقِطۡهُ بَعۡضُ ٱلسَّيَّارَةِ إِن كُنتُمۡ فَٰعِلِينَ ١٠ 
Qola Qo’ilun Minhum La Taq’tulu Yusufa Wa ‘Alquhu Fi Ghayabati Al-Jubbi Yaltaqit’hu Ba’dua As-Syayyaroti In Kuntum Fa’ilina.
10. Seorang diantara mereka berkata: "Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat"
قَالُواْ يَٰٓأَبَانَا مَالَكَ لَا تَأۡمَ۬نَّا عَلَىٰ يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُۥ لَنَٰصِحُونَ ١١ 
Qolu Ya ‘Abaana Ma Laka La Ta’manna ‘Ala Yusufa Wa ‘Inna Lahu Lanaasihuna.
11. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya
أَرۡسِلۡهُ مَعَنَا غَدٗا يَرۡتَعۡ وَيَلۡعَبۡ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ١٢ 
‘Arsilhu Ma’ana Godan Yarta’ Wa Yal’ab Wa Inna Lahu Lahaafidzuna.
12. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya"
قَالَ إِنِّي لَيَحۡزُنُنِيٓ أَن تَذۡهَبُواْ بِهِۦ وَأَخَافُ أَن يَأۡكُلَهُ ٱلذِّئۡبُ وَأَنتُمۡ عَنۡهُ غَٰفِلُونَ ١٣ 
Qola Inni Layahzununi An Tadzhabuu Bihi  Wa ‘Akhofu ‘An Ya’kulahu Ad-Dhi’bu Wa Antum ‘Anhu Ghofiluna.
13. Berkata Ya´qub: "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya"
قَالُواْ لَئِنۡ أَكَلَهُ ٱلذِّئۡبُ وَنَحۡنُ عُصۡبَةٌ إِنَّآ إِذٗا لَّخَٰسِرُونَ ١٤ 
Qolu La’in Akalahu Ad-Dhi’bu Wa Nahnu  ‘Usbatun Inna Idza Lakhosiruna.
14. Mereka berkata: "Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi"
فَلَمَّا ذَهَبُواْ بِهِۦ وَأَجۡمَعُوٓاْ أَن يَجۡعَلُوهُ فِي غَيَٰبَتِ ٱلۡجُبِّۚ وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡهِ لَتُنَبِّئَنَّهُم بِأَمۡرِهِمۡ هَٰذَا وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ ١٥ 
Falamma Dzahabu Bihi Wa ‘Ajma’u An Yaj’aluhu Fi Ghoyaabati Al-Hubbi Wa Awhaina ‘Ilaihi Latunabbi’annahum Bi’amrihim Hadza Wa Hum La Yas’uruna.
15. Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf: "Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi"
وَجَآءُوٓ أَبَاهُمۡ عِشَآءٗ يَبۡكُونَ ١٦ 
Wa Jaa’u ‘Abahum ‘Isya’an Yabkuna.
16. Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis



SURAT MARYAM
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

كٓهيعٓصٓ ١ 
Kaaf Haa Yaa ´Ain Shaad
1. Kaaf Haa Yaa ´Ain Shaad
 ذِكۡرُ رَحۡمَتِ رَبِّكَ عَبۡدَهُۥ زَكَرِيَّآ ٢ 
Dzikru Rohmati Robbika ‘Abdahu Zakariyya.
2. (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria
 إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥ نِدَآءً خَفِيّٗا ٣ 
Idz Nadaa Robbahu Nida’an Khofiyyan.
3. yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا ٤ 
Qola Robbi ‘Inni Wahana Al-Adzmu Minni Wa’Isyta’ala Ar-Ra’su Syai’ban Wa Lam ‘Akun Bidu’aa’ika Robbi Syaqiyyan.
4. Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku
وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا ٥ 
Wa ‘Inni Khiftu Al-Mawaliya Min Waro’i Wa Kanat Imra’ati ‘Aqiron Fahab Li Min Ladunka Waliyyan
5. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera
يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا ٦ 
Yarisuni Wa Yarisu Min ‘Ali Ya’kuba Waj’alhu Robbi Rodiyyan.
6. yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya´qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai"
يَٰزَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ ٱسۡمُهُۥ يَحۡيَىٰ لَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ مِن قَبۡلُ سَمِيّٗا ٧ 
Ya Zakariyya Inna Nubassiruka Bigulamin Ismuhu Yahya Lam Naj’allahu Min Qoblu Samiyyan.
7. Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia
قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا وَقَدۡ بَلَغۡتُ مِنَ ٱلۡكِبَرِ عِتِيّٗا ٨ 
Qola Robbi AnnA Yakunu Li Gulamun Wa Kanat Imro’ati ‘Aqiron Wa Qod Balagtu Min Al-Kibari ‘Itiyyan.
8. Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua"
قَالَ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞ وَقَدۡ خَلَقۡتُكَ مِن قَبۡلُ وَلَمۡ تَكُ شَيۡ‍ٔٗا ٩ 
Qola Kadzalika Qola Robbuka Huwa ‘Alayya Hayyinun Wa Qod Kholaqtuka Min Qoblu Wa Lam Taku Syai’an.
9. Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali"
قَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّيٓ ءَايَةٗۖ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَ لَيَالٖ سَوِيّٗا ١٠ 
Qola Robbij’al Li ‘Ayatan Qola ‘Ayatuka Al’la Tukallima An-Nasa Salasa Layalin Sawiyyan.
10. Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda". Tuhan berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat"
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ مِنَ ٱلۡمِحۡرَابِ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ أَن سَبِّحُواْ بُكۡرَةٗ وَعَشِيّٗا ١١ 
Fa Khoroja  Ala Qoumihi Minal Mihrobi Fi’Auha ‘Ilaihim An Sabbihu Bukrotan Wa ‘Asyiyyan.
11. Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang
يَٰيَحۡيَىٰ خُذِ ٱلۡكِتَٰبَ بِقُوَّةٖۖ وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحُكۡمَ صَبِيّٗا ١٢ 
Ya Yahya  Khudzi Al-Kitaba Bi Quwwatin Wa ‘Atainahu Al-Hukma Shobiyyan.
12. Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak
وَحَنَانٗا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَوٰةٗۖ وَكَانَ تَقِيّٗا ١٣ 
Wa Hananan Min Ladunna Wa Zakatan Wa Kana Taqiyyan.
13. dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa
وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَيۡهِ وَلَمۡ يَكُن جَبَّارًا عَصِيّٗا ١٤ 
Wa Barron Biwalidaihi Wa Lam Yakun Jabbaron ‘Ashiyyan.
14. dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka
وَسَلَٰمٌ عَلَيۡهِ يَوۡمَ وُلِدَ وَيَوۡمَ يَمُوتُ وَيَوۡمَ يُبۡعَثُ حَيّٗا ١٥ 
Wa Salamun ‘Alaihi Yauma Wulida Wa Yauma Yamutu Wa Yauma Yub’atsu Hayyan.
15. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali



SURAT LUKMAN
Ayat 12-14

وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا لُقۡمَٰنَ ٱلۡحِكۡمَةَ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِلَّهِۚ وَمَن يَشۡكُرۡ فَإِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٞ ١٢ 
Wa Laqod ‘Ataina Luqmana Al-Hikmata ‘Anisykur Lillahi, Wa Man Yaskur Fainnama Yasykuru Linafsihi, Wa Man Kafara Fainna Allaha Ghoniyyun Hamidun.
12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣ 
Wa Idz Qola Luqmanu Li’ibnihi Wa Huwa Ya’idzuhu, Ya Bunayya La Tusyrik Billahi, Inna As-Syirka Ladzulmun Adzimun.
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"
وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ ١٤ 
Wa Wasshoina Al-Insana Biwalidaihi Hamalathu Ummuhu Whnan Ala Wahnin Wa fisholuhu Fi Amaini Anisykur LI Wa Liwalidaika Ilayya Al-Mashiru.
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu



SURAT AL-INSYIRAH
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

أَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَكَ صَدۡرَكَ ١ 
Alam Nasyroh Laka Shod’roka.
1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
 وَوَضَعۡنَا عَنكَ وِزۡرَكَ ٢ 
Wa Wadho’na ‘Anka Wizroka.
2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu
ٱلَّذِيٓ أَنقَضَ ظَهۡرَكَ ٣ 
Alladzi ‘Angqodho Dzoh’roka.
3. yang memberatkan punggungmu
 وَرَفَعۡنَا لَكَ ذِكۡرَكَ ٤ 
Wa Rofa’na Laka Dzik’roka.
4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu
 فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا ٥ 
Fa Inna Ma’a Al-Usri Yusro.
5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا ٦ 
Inna Ma’a Al-Usri Yusro.
6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
 فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ ٧ 
Fa Idza Farog’ta Fansob.
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain
 وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب ٨ 
Wa Ila Robbika Fargob.
8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap



SURAT AL-FIL
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَٰبِ ٱلۡفِيلِ ١ 
Alam Taro Kaifa Fa’ala Robbuka Bi ‘Ashabi Al-Fili.
1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah
 أَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِي تَضۡلِيلٖ ٢ 
Alam Yaj’al Kaidahum Fi Tadhlili.
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia
 وَأَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا أَبَابِيلَ ٣ 
Wa Arsala ‘Alaihim Toiron Ababili.
3. dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong
تَرۡمِيهِم بِحِجَارَةٖ مِّن سِجِّيلٖ ٤ 
Tarmihim Bi Hijarotin Min Sijjili.
4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar
 فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٖ مَّأۡكُولِۢ ٥ 
Faja’alahum Ka’ashfim Ma’kuli.
5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)



SURAT AL-QADAR
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١ 
Inna Anzalnahu Fi Lailati Al-Qodr.
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan
 وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ ٢ 
Wa Ma ‘Adroka Ma Lailatu Al-Qodr.
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu
 لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ ٣ 
Lailatu Al-Qodri Khoirum Min Alfi Syahrin.
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan
تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ ٤  
Tanazzalu Al-Mala’ikatu War Ar-Ruhu Fiha Bi Idzni Robbihim Min Kulli Amrin.
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan
 سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ ٥ 
Salamun Hiya Hatta Mat’la’il Al-Fajri.
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar



SURAT AL-MUKMINUN
AYAT 1-9
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١
Qod Aflaha Al-Mukminun.
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman
ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢ 
Alladzina Hum Fi Sholatihim Khosyi’una.
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam sembahyangnya
 وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ ٣ 
Walladzina Hum Anil Al-Lagwi Mu’riduna.
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَٰعِلُونَ ٤ 
Walladzina Hum Liz Az-Zakati Fa’iluna.
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat
 وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ ٥ 
Walladzina Hum Lifurujihim Hafidzuna.
5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya
إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ ٦ 
Illa Ala Azwajihim Aw Ma Malakat ‘Aimanuhum Fa’innahum Ghoiru Malumin.
6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela
فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ ٧ 
Famanib Tgo Waro’a Dzalika Fa’ulaika Humul Adun.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٨ 
Walladzina Hum Li’Amanatihim  Wa Ahdihim Ro’un.
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya
وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمۡ يُحَافِظُونَ ٩ 
Walladzina Hum Ala Sholawatihim Yuhafidzun.
9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya